Senin, 15 Agustus 2011

Niat Ikhlas Mengharap Ridha Allah SWT


Dari Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi RA, berkata bahwa aku mendengar Umar bin Khattab RA di atas mimbar mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung dari niat-niatnya, dan bahwasanya segala perkara tergantung dari apa yang telah diniatkannya. Maka barang siapa yang hijrahnya tersebut karena mengharapkan dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut (hanya) akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya". (HR Bukhari)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadis ini. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hadis ini merupakan hadis pertama dalam Kitab Shahih Al-Bukhari, yang terletak dalam Kitab Bad'il Wahyi, Bab Bad'ul Wahyi. Imam Bukhari meletakkan hadis tersebut pada posisi pertama, karena Kitab Shahih Bukhari merupakan kitab yang mencakup kumpulan hadis-hadis shahih yang merupakan bagian dari wahyu sebagai kaifiyat dalam melaksanakan ibadah. Dan dalam ibadah, diperlukan adanya niat yang ikhlas, oleh karenanya beliau meletakkan hadis ini pada posisi pertama dari 7.563 hadits yang terdapat dalam Kitab Shahih Al-Bukhari.

2. Menurut sebagian ulama, hadis ini memiliki asbabul wurud, yaitu adanya seorang sahabat yang bernama Ummu Qais, yang ikut Rasulullah SAW dalam berhijrah ke Madinah. Namun ternyata terdapat seseorang di Makkah yang menyukai Ummu Qais. Pada akhirnya pemuda ini turut berhijrah ke Madinah, namun bukan karena ingin mendapatkan ridha Allah dan Rasul-Nya, melainkan karena ingin menikahi Ummu Qais. Ketika berita tersebut sampai ke Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW menegurnya melalui hadis ini.

3. Pentingnya menegur seseorang yang melakukan kesalahan meskipun kesalahan tersebut berupa 'salah niat'. Namun dalam hal 'menegur' tersebut, hendaknya dilakukan dengan cara yang baik dan bijak; tidak menyakiti dan tidak pula mempermalukan orang yang ditegur. Bahkan dianjurkan teguran dapat membangun orang yang ditegur tersebut, menjadi lebih baik dan semakin saleh.

4. Secara bahasa, ikhlas adalah murni, bersih dan jernih. Artinya orang yang ikhlas harus memiliki hati yang murni, bersih dan suci tidak mengharapkan sesuatu apapun kecuali hanya keridhaan Allah SWT. Bahkan Al-Imam Al-Susy mengatakan bahwa ikhlas adalah sebuah 'rasa' di mana seseorang merasakan belum ikhlas dalam beramal. Karena orang yang sudah merasa ikhlas, maka pada hakikatnya ia sesungguhnya belum ikhlas.

5. Keikhlasan merupakan syarat diterimanya amalan seorang hamba. Tanpa keikhlasan, amalan dan ibadah seseorang bagaikan kayu yang terbakar oleh api, hingga ia hanya akan menjadi abu yang usang dan tiada berguna, dan ia tidak mendapatkan apa-apa dari segala usaha yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Maka hendaknya kita berupaya semaksimal mungkin untuk senantiasa ikhlas khususnya dalam menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan ini.

6. Lawan keikhlasan adalah riya'. Riya' adalah mengerjakan suatu hal dikarenakan mengharapkan sesuatu selain daripada keridhaan Allah SWT. Oleh Rasulullah SAW, riya' digolongkan kepada syirik kecil (baca; asyirkul ashgar). Ali bin Abi Thalib mengemukakan bahwa riya’ memiliki ciri-ciri berikut: (1) malas, jika (amalan dilakukan) seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya jika mendapatkan celaan.

Wallahu a'lam bis shawab.

*) Rikza Maulan Lc M Ag adalah Sekretaris Dewan Pengawas Syariah PT Asuransi Takaful Keluarga.

Sumber: www.detik.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Yang Berkaitan!



 

Bulan Ramadhan. Copyright 2011 All Rights Reserved Bulan Ramadhan Di Facebook by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com