Bulan Ramadan adalah bulan prestasi. Dalam mencari nafkah, di bulan suci ini, mesti lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya, karena pertolongan Allah akan demikian lebih dekat. Dalam proses bisnis mencari nafkah, setidaknya perlu diperhatikan ketika bagaimana mencarinya dan proses mendapatkannya. Mencari rezeki dan menjemput rezeki harus dibedakan.
Jika mencari rejeki posisinya antara ada dan tiada. Kalau menjemput rezeki sudah ada, tapi kita perlu keterampilan untuk meraihnya. Ini penting untuk diketahui. Kita diciptakan sudah lengkap dengan rezekinya.
"Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya, Dia (Allah) mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)". (QS Hud (11): 6)
Kita tidak mencari rejeki, tapi menjemput rezeki. Kalau kita dekat dengan Allah, Dia tahu tempat rezeki kita. Maka Allah akan membimbingnya untuk bisa mendapatkannya.
Seorang pebisnis Muslim yang baik tentunya ketika ikhtiar menjemput rezekinya harus tetap menguatkan ibadahnya. Setidaknya ada rumus 5 US bagi seorang pebisnis muslim dalam menjemput rezeki. Pertama, pebisnis harus niat lurus, murni lillahi ta'ala. Niat bisnis dan kebaikan-kebaikan selama bisnisnya benar-benar karena Allah SWT semata, bukan topeng. Semua kebaikan murni karena Allah, bukan semata-mata agar dagangannya laku, misalnya. Menjalankan kebaikan-kebaikan itu agar Allah memberikan rezeki yang berkah, sehingga bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, pebisnis yang baik adalah ibadahnya bagus, karena ia memiliki keyakinan bahwa Allah yang membagi rezeki; lalu mengapa harus mengabaikan ibadah-ibadah. Allah SWT yang membagi rejeki, maka beribadahlah dengan bagus, maka Allah akan menjumpakannya dengan rezekinya.
Ketiga, hidupnya lurus, tidak perlu licik untuk menjatuhkan orang lain, sumpah palsu, mengurangi timbangan. Semua karunia hanya datang dari Allah. Licik hanya membuat kita gelisah, rezekinya tidak berkah, dan bisa menjadi fitnah.
Keempat, ikhtiarnya serius. Rasul SAW ketika peperangan Uhud baju besinya terdiri dari dua lapis. Padahal yakin nyawanya dalam genggaman Allah SWT, namun beliau SAW menyempurnakan ikhtiar. Orang yang yakin kepada Allah sempurna ikhtiarnya juga. Di lain kesempatan, Rasulullah SAW pernah mencium tangan salah seorang sahabatnya yang kasar akibat bekerja keras di jalan Allah SWT. Orang yang yakin kepada Allah tandanya juga sempurna ikhtiarnya di jalan Allah SWT.
Kelima, taubat mesti terus menerus. Ibarat pengendara mobil yang kipas kacanya tidak jalan ketika hujan deras, maka pasti ia akan mengalami kegelisahan, karena jalan yang dilaluinya tidak bisa terlihat. Lalu apakah yang akan kita lakukan, sibuk dengan memikirkan ke mana jalannya, atau sibuk mengatasi mengapa jalannya menjadi tidak terlihat, tentunya kita harus sibuk membersihkan kaca yang menghalangi penglihatan ke jalan.
Salah satu yang bisa menghalangi rejeki yang berkah adalah dosa. Mungkin saja banyak yang berdosa tapi banyak rejekinya, akan tetapi rejekinya akan tidak berkah. Rezeki yang tidak berkah itu selalu membuatnya gelisah disiksa oleh rejekinya. Kita tidak menginginkan rezeki seperti itu, seperti istidraj. Mungkin kita sering kikir menolong orang lain, salatnya lalai, perkataan yang banyak dosa. Sambil meminta ampunan kepada Allah. Makin taubat makin bersih. Apalagi di bulan suci ini, merupakan bulan ampunan dari Allah.
Barangsiapa yang senantiasa bertaubat, maka hatinya menjadi tenang, selalu ada jalan keluarnya atas permasalahannya, dan Allah pun akan mendatangkan rezeki dari hal yang tidak terduga.
"Barang siapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Janganlah biarkan bisnis untuk hal duniawi saja, melainkan pula sebagai amal saleh, mendekatkan kepada Allah, menambah ilmu, memperluas silaturahmi. Jadi bukan hanya sekadar uang belaka. Marilah kita motivasi diri dan keluarga terhadap keyakinan bahwa rejeki itu Allah-lah yang menjamin, kita diciptakan sudah lengkap dengan rezekinya.
Kita diberi tugas untuk menjemput rezeki kita sebagai amal saleh kita. Allah Maha menatap apa yang kita lakukan. Apa yang kita kerjakan tidak akan meleset hasilnya. Apa yang Allah SWT berikan kepada kita, tidak bisa diambil siapa pun, dan apa yang Allah tahan tidak bisa didatangkan siapa pun. Allah-lah penguasa segala lalu lintas rezeki. (KH Abdullah Gymnastiar).
Sumber: www.detik.com
Jika mencari rejeki posisinya antara ada dan tiada. Kalau menjemput rezeki sudah ada, tapi kita perlu keterampilan untuk meraihnya. Ini penting untuk diketahui. Kita diciptakan sudah lengkap dengan rezekinya.
"Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya, Dia (Allah) mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)". (QS Hud (11): 6)
Kita tidak mencari rejeki, tapi menjemput rezeki. Kalau kita dekat dengan Allah, Dia tahu tempat rezeki kita. Maka Allah akan membimbingnya untuk bisa mendapatkannya.
Seorang pebisnis Muslim yang baik tentunya ketika ikhtiar menjemput rezekinya harus tetap menguatkan ibadahnya. Setidaknya ada rumus 5 US bagi seorang pebisnis muslim dalam menjemput rezeki. Pertama, pebisnis harus niat lurus, murni lillahi ta'ala. Niat bisnis dan kebaikan-kebaikan selama bisnisnya benar-benar karena Allah SWT semata, bukan topeng. Semua kebaikan murni karena Allah, bukan semata-mata agar dagangannya laku, misalnya. Menjalankan kebaikan-kebaikan itu agar Allah memberikan rezeki yang berkah, sehingga bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, pebisnis yang baik adalah ibadahnya bagus, karena ia memiliki keyakinan bahwa Allah yang membagi rezeki; lalu mengapa harus mengabaikan ibadah-ibadah. Allah SWT yang membagi rejeki, maka beribadahlah dengan bagus, maka Allah akan menjumpakannya dengan rezekinya.
Ketiga, hidupnya lurus, tidak perlu licik untuk menjatuhkan orang lain, sumpah palsu, mengurangi timbangan. Semua karunia hanya datang dari Allah. Licik hanya membuat kita gelisah, rezekinya tidak berkah, dan bisa menjadi fitnah.
Keempat, ikhtiarnya serius. Rasul SAW ketika peperangan Uhud baju besinya terdiri dari dua lapis. Padahal yakin nyawanya dalam genggaman Allah SWT, namun beliau SAW menyempurnakan ikhtiar. Orang yang yakin kepada Allah sempurna ikhtiarnya juga. Di lain kesempatan, Rasulullah SAW pernah mencium tangan salah seorang sahabatnya yang kasar akibat bekerja keras di jalan Allah SWT. Orang yang yakin kepada Allah tandanya juga sempurna ikhtiarnya di jalan Allah SWT.
Kelima, taubat mesti terus menerus. Ibarat pengendara mobil yang kipas kacanya tidak jalan ketika hujan deras, maka pasti ia akan mengalami kegelisahan, karena jalan yang dilaluinya tidak bisa terlihat. Lalu apakah yang akan kita lakukan, sibuk dengan memikirkan ke mana jalannya, atau sibuk mengatasi mengapa jalannya menjadi tidak terlihat, tentunya kita harus sibuk membersihkan kaca yang menghalangi penglihatan ke jalan.
Salah satu yang bisa menghalangi rejeki yang berkah adalah dosa. Mungkin saja banyak yang berdosa tapi banyak rejekinya, akan tetapi rejekinya akan tidak berkah. Rezeki yang tidak berkah itu selalu membuatnya gelisah disiksa oleh rejekinya. Kita tidak menginginkan rezeki seperti itu, seperti istidraj. Mungkin kita sering kikir menolong orang lain, salatnya lalai, perkataan yang banyak dosa. Sambil meminta ampunan kepada Allah. Makin taubat makin bersih. Apalagi di bulan suci ini, merupakan bulan ampunan dari Allah.
Barangsiapa yang senantiasa bertaubat, maka hatinya menjadi tenang, selalu ada jalan keluarnya atas permasalahannya, dan Allah pun akan mendatangkan rezeki dari hal yang tidak terduga.
"Barang siapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Janganlah biarkan bisnis untuk hal duniawi saja, melainkan pula sebagai amal saleh, mendekatkan kepada Allah, menambah ilmu, memperluas silaturahmi. Jadi bukan hanya sekadar uang belaka. Marilah kita motivasi diri dan keluarga terhadap keyakinan bahwa rejeki itu Allah-lah yang menjamin, kita diciptakan sudah lengkap dengan rezekinya.
Kita diberi tugas untuk menjemput rezeki kita sebagai amal saleh kita. Allah Maha menatap apa yang kita lakukan. Apa yang kita kerjakan tidak akan meleset hasilnya. Apa yang Allah SWT berikan kepada kita, tidak bisa diambil siapa pun, dan apa yang Allah tahan tidak bisa didatangkan siapa pun. Allah-lah penguasa segala lalu lintas rezeki. (KH Abdullah Gymnastiar).
Sumber: www.detik.com
Ikuti @ilove_ramadhan